• Jelajahi

    Copyright © antena.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan Pemda

    Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Anambas Bakal Mengusulkan Silat Pisau ke WBTB Nasional

    13/06/25, 20:07 WIB Last Updated 2025-06-17T05:10:53Z
    masukkan script iklan disini

    Mazihi dan muridnya, Sisworo memperagakan gerakan silat pisau. (Foto: istmewa).

    Anambas, antena.id - Di tengah pesatnya arus modernisasi, warisan seni pertunjukan tradisional masih menemukan ruangnya di beberapa wilayah Kepulauan Riau. Salah satunya adalah silat pisau, seni bela diri khas yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Kepulauan Anambas (KKA). Silat ini bukan sekadar pertunjukan, tetapi cermin dari nilai-nilai adat, filosofi hidup, hingga proses pendidikan karakter.


    Anambas dikenal memiliki beragam aliran silat dan perguruan, seperti Silat Pangean, Silat Himsi, Silat Kuntau, Silat Sendeng, Silat Tumbuk, dan tentu saja Silat Pisau. Keberagaman ini biasanya ditampilkan dalam acara adat, terutama dalam perhelatan pernikahan sebagai bentuk penghormatan kepada tamu dan bagian dari prosesi budaya.

    Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Kepulauan Anambas, Dewi Nolly, mengatakan, pelestarian budaya bagian dari upaya untuk mempertahankan nilai-nilai seni.

    Ia menyebut, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan bakal mengusulkan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) untuk ditetapkan secara nasional yaitu silat pisau. 

    "Akan diusulkan menjadi WBTB," ucap, Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Kepulauan Anambas, Dewi Nolly kepada antena.id,  Tarempa, Jumat, 13 Juni 2025.

    Hal tersebut dilaksanakan guna mendukung dan melindungi karya budaya serta warisan budaya tak benda yang berada di Kabupaten Kepulauan Anambas.

    Prosesi silat pisau. (Foto: istimewa).

    Asal Usul Silat Pisau

    Disebut silat pisau disebabkan dalam atraksi pertunjukkan silat ini menggunakan pisau. Silat pisau pertamakali dibawa ke Anambas tahun 1940-an oleh Buyung, perantau dari Teluk Kuantan yang saat ini masuk dalam wilayah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Orang Kuansing dikenal sebagai perantau dan daerah perantauannya yang utama di Provinsi Kepri adalah Anambas dan Natuna.

    Buyung sudah menguasai silat pisau sebelum merantau ke Anambas. Di Anambas, ia tinggal daerah Payalaman, salah satu desa yang kini masuk dalam wilayah Kecamatan Kute Siantan. Sekitar tahun 1973, Buyung mendapatkan murid pertama yang mempunyai keinginan besar untuk berguru silat pisau.

    Namanya Basri berasal dari Desa Candi. Sasana atau lokasi belajar silat di Kawasan hutan Payalaman. Dua tahun Basri belajar silat pada Buyung sampai bisa menguasai silat pisau. Pada tahun 1975, Basri telah mampu mewariskan kemahiran silat pisau ini kepada dua muridnya bernama Mazihi dan Tarmizi yang juga berasal dari Desa Candi.

    Sekitar satu tahun berlatih, Mazihi dan Tarmizi telah menguasai jurus-jurus silat pisau, hingga bisa ditampilkan pada saat penyambutan tamu, acara nikah kawin, dan kegiatan lainnya, pada saat itu pulalah silat pisau mulai berkembang di Desa Candi.

    Dalam perkembanganya, tahun 2021 Mazihi mendapatkan empat orang murid yang memiliki minat untuk mempelajari dan tekun untuk mewarisi kemahiran silat pisau. Empat murid itu adalah Sofian berasal dari Gunung Butun, Sukimin berasal dari Air Asuk, Sisworo Gautama Putra berasal dari Desa Putik dan Hendri Irawan berasal dari Desa Putik. Mereka inilah yang saat ini untuk terus mengembangkan dan memperkenalkan silat pisau sehingga seni tradisi ini masih eksis dan hidup di Anambas.

    Makna dan Ragam Pertunjukan Silat Pisau

    Silat pisau bukan hanya sekadar bentuk keterampilan dan keahlian beladiri. Silat pisau sebagai identitas dengan proses pembelajaran untuk membentuk kepribadian yang tangguh. Pada awalnya silat ini sifatnya sebagai tameng, untuk menjaga diri, untuk bertahan dari serangan menggunakan senjata pisau. Peralatan yang digunakan pada saat pertunjukan silat pisau ini menggunakan pisau asli.

    Dalam perkembangannya, silat ini ada dua cara pertunjukkannya, yang pertama dalam rangka permainan, dan yang kedua dalam perhelatan. Dalam permainan, silat ini dipertunjukkan dalam acara event, penyambutan tamu, dan acara nikah-kawin.

    Dalam pertunjukan ini, akan ditampilkan di depan orang ramai, dan memang disajikan sebagai hiburan dan permainan semata. Saat dalam permainan pula biasanya silat pisau ini akan diiringi oleh tiga pemain musik, masing-masing pemain akan membawa gong, gendang panjang dan celempong.

    Silat pisau pula saat ditampilkan pada acara nikah kawin tidak membutuhkan syarat-syarat khusus. Namun, saat silat ini ditampilkan pada laman silat ada beberapa syarat yang harus dilakukan. Seperti harus menyiapkan satu ekor ayam hitam dan sembelih pada laman silat, kain kafan lima hasta, sebilah pisau, kemenyan, jeruk purut satu buah dan asam garamnya.

    Pada saat tampil pada acara nikah kawin, syarat-syarat tersebut tidak diperlukan. Namun, Silat pisau ini biasanya dimainkan oleh satu perguruan, dan tidak disarankan untuk bermain dengan beda perguruan, karena teknik dan gerakan bisa berbeda.

    Dalam perhelatan, silat ini hanya dilakukan di dalam rumah, hanya ada dua orang. Tidak ada orang yang boleh melihatnya, hanya ada dua orang pesilat dan disaksikan oleh yang Allah subhanallah wataa’la. Dalam silat perhelaan ini pula, lawan akan dibuat seolah-olah lumpuh dan seolah-olah kalah.

    Tingkatan dan Prosesi Belajar

    Ada beberapa tingkatan belajar silat pisau. Tahap awal belum menggunakan pisau atau yang disebut dengan bunga. Murid akan belajar bunganya terlebih dahulu, setelah dirasa cukup hapal dengan gerakan-gerakannya, barulah menggunakan pisau. Bunga ini terdiri dari gerakan tarian seperti seakan-akan mengasah pisau, setelah itu ditambah dengan gerakan kaki yang mempunyai tiga gerakan yang berbeda.

    Untuk memahami gerakan pada tahap awal ini, kemampuan seorang murid berbeda-beda, tergantung kecakapannya dalam menerima dan mempelajari gerakan yang diajarkan. Ada satu murid baru bisa mendalami Gerakan awal ini selama dua hingga tiga minggu, ada pula yang lebih cepat dari itu.

    Pisau yang digunakan pun bukan pisau yang terbuat dari kayu atau plastik. Melainkan pisau yang sesungguhnya. Silat pisau dimulai saat salah satu dari pesilat mengeluarkan pisau dari sarungnya.

    Ada pun jurus-jurus yang digunakan pada saat latihan dan pertunjukan memiliki sedikit perbedaan. Saat latihan jurus yang digunakan akan lengkap, sedangkan saat pertunjukan jurus yang digunakan bisa singkat sesuai kesepakatan pada pesilat. Berikut perbedaannya:

    Jurus-jurus silat pisau saat latihan yaitu:

    • Tari (bunga).
    • Tendang satu, tendang dua, tendang tiga, lalu dibalasa dengan tepis satu, tepis dua, dan tepis tiga.
    • Menyabut Pisau (pisau dibawa dalam tarian, para pesilat sedang mencari arah untuk melakukan tikaman).
    • Tikang luntus (tikam lurus).
    • Tikam Cencang.
    • Tikam samping kiri, tikam samping kanan.
    • Tikam Sembo belakang.
    • Tikam atas, tikam bawah.
    • Tikam terakhir (satu pisau ditendang).

    Sedangkan jurus-jurus silat pisau saat pertunjukan (nikah-kawin, penyambutan tamu) yakni:

    • Tari (bunga singkat, langsung memegang pisau).
    • Tendang satu, tentang dua, tendang tiga, dibalas dengan tepis satu, tepis dua, dan tepis tiga.
    • Tikam lurus.
    • Tikam cencang.
    • Tikam samping kiri dan tikam samping kanan.
    • Tikam sembo belakang, terakhir tikam terakhir, satu pisau harus ditendang. Proses ini pun bisa disingkat, bisa dipilih tikam mana saja yang ingin dimainkan oleh pesilat.

    Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi saat seseorang ingin menjadi murid atau pewaris silat pisau yakni, 
    kain Kafan 5 hasta, sebilah pisau, kemenyan dan jeruk purut satu buah

    Keempat syarat ini tentu memiliki maknanya sendiri. Kain kafan maknanya ilmu yang diajarkan guru itu putih, bersih, dan ilmu yang suci, tidak sembarang dipakai. Seperti kain kafan yang hanya dipakai sekali saat “Mati”. Silat pisau dipakai tidak untuk gagah dan tangguh serta menyombongkan diri, melainkan untuk membela diri dan menolong sesama.

    Pisau itu melambangkan tajamnya ilmu yang akan diajarkan oleh guru, dan tak tanggung-tanggung silat yang dipelajari ini berbahaya, setajam pisau. Kemenyan itu harum, aromanya wangi semerbak. Seperti itulah harapannya kepada pesilat pisau agar selalu memberikan manfaat kepada orang di sekitar.

    Jeruk purut itu sebagai tanda sudah diterima jadi murid. Dalam hal ini setiap pesilat yang sudah (nampang lemau) atau dipotongkan jeruk oleh guru harus senantiasa menjaga limau itu dengan baik. Disimpan, tak boleh dibuang. Juga bermakna setelah dapat ilmu silat jangan buang ilmunya, disimpan dan diamalkan hanya untuk kebaikan.

    Dalam silat pisau ini dibutuhkan kemahiran yang harus dikuasai, yaitu kecepatan gerakan mata, sigap dalam melihat situasi. Dalam pewarisannya, kecepatan seseorang dalam belajar silat pisau ini berbeda-beda, tergantung dari kemampuan seseorang. Pada dasarnya, untuk tahap awal belajar ‘Bunga’ dibutuhkan dua hingga tiga minggu untuk bisa mahir. Setelah itu, baru dilanjutkan berlatih menggunakan pisau.

    Ada tiga tahapan dalam mempelajari silat pisau. Bagian awal dimulai dengan berdoa dan bakar kemenyan secara serentak, kemudian bersalaman (persembahan). Lalu berdiri berhadapan, berdoa masing-masing, buka Langkah.

    Diawali tarian (disebut bunga, Dimana gerakan-gerakan tarian dalam bunga ini menggambarkan seperti sedang mengasah pisau, lalu dilanjutkan dengan gerakan kaki dengan tiga gerakan yang berbeda). Lalu salah satu atau kedua pesilat mengambil pisau, dan silat pisau pun dimulai.

    Ada sembilan tikaman yang akan dipertunjukkan dalam silat pisau ini. Pada bagian tengahnya ada tikaman, tikaman sembo, tikaman cencang, tikaman belakang, tikaman atas, dan tikaman bawah. Pada tahap akhir, diakhiri dengan hormat dan bersalaman sesama pesilat.

    Pewarisan

    Dalam upaya pewarisan silat pisau, ada beberapa upaya yang dilakukan oleh Mazihi dan murid-muridnya agar ada minat bagi generasi muda untuk memahami silat pisau tersebut. Diantaranya, mengubah properti latihan, menggunakan pisau tumpul atau menggunakan pisau plastik untuk keamanan bagi murid anak-anak. Namun, untuk murid dewasa, tetap menggunakan pisau asli dan tajam.

    Silat ini pernah dipertunjukkan pada tahun 2021 dan 2022 pada Festival Yusian di Candi. Pada acara pernikahan pun silat ini akan selalu diundang dan mengisi pada saat penyambutan pengantin tiba di rumah mempelai perempuan.

    Pada tahun 2024 silat ini juga ditampilkan dalam sebuah pertunjukan pada saat calon legislatif melakukan kampanye di wilayah Kecamatan Palmatak. Pada saat ini Mazihi memiliki empat orang murid dengan jadwal latihan setiap malam Rabu dan malam Kamis. Mazihi serta empat orang muridnya terus berusaha mengajak generasi muda untuk belajar dan peduli dengan silat pisau yang hampir punah ini.

    Namun, satu hal yang juga menjadi kendala besar yang dihadapi Mazihi, ia tidak memiliki laman silat, hingga mempunyai keterbatasan dalam menambah murid yang lebih banyak.

    (Fai)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini