masukkan script iklan disini
![]() |
Saat Peresmian Sekolah Rakyat sekaligus Pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2025/2026, Ranai, 22 September 2025. |
Natuna, natuna- Asrama Haji Masjid Agung Natuna 22 September 2025 menjadi saksi lahirnya sebuah harapan baru. Pada Senin pagi, digelar Peresmian Sekolah Rakyat sekaligus Pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2025/2026. Momen ini bukan sekadar seremoni, melainkan langkah nyata menghadirkan pendidikan yang merata hingga ke pelosok perbatasan.
Kepala Dinas Sosial Natuna, Puryanti, menyampaikan bahwa Sekolah Rakyat merupakan tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2025 tentang pengentasan kemiskinan. Sebanyak 100 siswa baru dari 15 kecamatan akan memulai pendidikan di sekolah ini, mulai tingkat SD hingga SMA. Dinas Sosial pun menggandeng tenaga pendamping PKH dan TKSK untuk memastikan program berjalan baik.
Bupati Natuna, Cen Sui Lan, menegaskan bahwa sekolah ini adalah bentuk nyata hadirnya negara bagi anak-anak kurang mampu.
“Pendidikan memang investasi jangka panjang, tapi hasilnya akan melahirkan generasi cerdas, berkarakter, dan berkontribusi bagi pembangunan. Melalui Sekolah Rakyat Natuna, saya yakin akan lahir generasi baru yang mampu membawa Natuna lebih maju,” ujarnya, Ranai, 22 September 2025.
Ia berpesan kepada siswa untuk menghormati guru, disiplin belajar, dan pantang menyerah. Kepada guru, ia menitipkan amanah mendidik dengan sepenuh hati, dan kepada orang tua, ia mengingatkan pentingnya keterlibatan keluarga dalam proses belajar anak.
Acara turut dihadiri oleh Ketua DPRD, Rusdi, Sekda H. Boy Wijanarko Varianto, Kepala Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi Kementerian Sosial, Wahyu Dewanto, Forkopimda, camat, kepala sekolah, guru, hingga orang tua. Suasana haru sekaligus semangat tampak di wajah siswa-siswi yang siap menapaki perjalanan baru mereka.
Sekolah Rakyat Natuna hadir bukan hanya sebagai ruang belajar, tetapi juga sebagai jembatan mimpi bagi anak-anak perbatasan untuk menatap masa depan dengan keyakinan bahwa pendidikan adalah hak, bukan privilese.
(Said)