masukkan script iklan disini
![]() |
Tan Pajar, penulis sastra yang berasal dari Pulau Laut, Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. (foto:antena.id). |
Natuna, antena.id - Nama Tan Pajar tak asing sebagian masyarakat Kepulauan Riau, bahkan para sastrawan Yogyakarta. Dia seorang penulis sastra yang berasal dari Pulau Laut, Natuna yang terkenal dengan karya lewat bukunya yang berjudul "Tolong Beri Judul Sajakku."
Dalam perjalanan karya tulisannya, Tan Pajar menceritakan ia mulai menulis ketika duduk di bangku SD. Seiring berjalannya waktu, Tan Pajar mulai serius untuk menulis.
Tan Pajar mengatakan, pada waktu masih aktif berkesenian di Ranai Natuna, Sanggar Langkadura, ia sering dengar nasehat dari Elizan Katan.
"Kalau nak tulisan dimuat di koran kirim terus naskah, jangan jemu. Biar bosan orang melihat naskah kirimanmu, jangan berhenti sebelum tembus (terbit)," begitu kurang lebih ucapan Bang Elly waktu itu.
Sayang pada waktu itu tekadnya tak cukup baca, baru beberapa kali sudah melempem "Lemau" kalau bahasa Pulau Laut. Namun kebiasaan menulis seolah-olah sudah melekat pada diri nya, saat hijrah ke ibukota Jakarta, satu bundel kertas yang penuh dengan tulisan tangan ikut dibawakan oleh Tan Pajar.
Meski hingga hari ini tulisan tersebut tak terbit, namun ia ingin menunjukkan tentang keberanian merawat, menjaga dan memperjuangkan mimpi nya untuk menjadi seorang penulis.
Tan Pajar mengatakan pertama kali ia jatuh cinta dengan puisi karena terinspirasi dari guru bahasa Indonesia, Soneta Realistita, ketika dirinya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Pulau Laut, Natuna.
Kata dia, bukan cuma itu saja yang dibuat jatuh cinta dengan puisi Soneta Realistita, namun rangsangan yang kuat membuat suasana mengeluarkan kekhasan gaya membaca puisi.
"Pada waktu itu kelas terasa seperti panggung teater. Meskipun saya pernah pingsan pada waktu ujian lisan di kelas beliau dan menjadi trending isu di sekolah, khususnya di kelas kami, cinta saya pada puisi tetap tumbuh subur hingga saya duduk di bangku SMA," ucapnya, Sabtu, 17 Mei 2025.
Selain itu, Tan Pajar juga pernah menjuarai lomba penulisan dan pembacaan puisi yang diselenggarakan oleh KNPI Kabupaten Natuna, antara kurun waktu kelas 2 SMA pada tahun 2008, hal ini semakin menambah semangat nya untuk berkreativitas.
Kemudian, perkenalan dengan Elizan Katan saat ikut aktif di Sanggar Langkadura di Ranai menambah hasrat nya untuk menjadi penulis. Melihat produktivitas Elly Katan, juga membuat dirinya semangat, mulai sejak saat itu intensitas nya dalam hal menulis pun semakin sering dilakukan.
Cerita lucu soal puisi, dia pernah mendapatkan pesanan membuat puisi cinta atau tugas sekolah, sewaktu ia sedang duduk dan santai memancing di atas rakit di Desa Air Sena Tarempa, Kepulauan Anambas.
Tan Pajar pun memenuhi permintaan itu, ia juga punya kegemaran merespon puisi orang atau berbalas puisi. Beberapa puisi dalam antologi puisi "Tolong Beri Judul Sajakku," ia tulis dengan teknik tersebut, salah satunya adalah "Sajak Kopi Sekanak."
Kisah cinta nya dengan dunia tulis-menulis tak terbatas pada puisi dan ia juga pernah menjuarai lomba menulis artikel yang diselenggarakan ICRP Jakarta dengan judul tulisan "Melihat kebenaran dengan cahaya Tuhan, candu dan semakin saja candu." Tan Pajar juga mulai membaca puisi di tim Rumah Seni Asnur dan terperangkap pada tiga buah antologi bersama.
Perjalanan yang panjang akhirnya mengantarkan Tan Pajar pada perjuangan untuk menyelesaikan naskah yang sudah bertahun-tahun ia kumpulkan. Naskah tersebut ia ketik di Banten, Cengkareng, Jakarta Barat, Cakung, Jakarta Timur, dan asrama kampus hingga jadi draf satu bundel. Naskah itu, ia print di rumah Engkong (Prasada Jinara Kita).
Kisah cinta nya dengan dunia tulis-menulis tak terbatas pada puisi dan ia juga pernah menjuarai lomba menulis artikel yang diselenggarakan ICRP Jakarta dengan judul tulisan "Melihat kebenaran dengan cahaya Tuhan, candu dan semakin saja candu." Tan Pajar juga mulai membaca puisi di tim Rumah Seni Asnur dan terperangkap pada tiga buah antologi bersama.
Perjalanan yang panjang akhirnya mengantarkan Tan Pajar pada perjuangan untuk menyelesaikan naskah yang sudah bertahun-tahun ia kumpulkan. Naskah tersebut ia ketik di Banten, Cengkareng, Jakarta Barat, Cakung, Jakarta Timur, dan asrama kampus hingga jadi draf satu bundel. Naskah itu, ia print di rumah Engkong (Prasada Jinara Kita).
Naskah yang dibuat Tan Pajar akhirnya dapat selesai, meskipun dengan kondisi laptop yang sangat amat tidak mendukung, dan juga perlu beberapa perangkat komputer untuk menyelesaikannya. Uang untuk mencetak buku Tan Pajar juga diperoleh dari berbagai donatur.
Pada saat launching pertama buku "Tolong Beri Judul Sajakku" di Taman Budaya Yogyakarta bersama dengan acara ulang tahun komunitas KOPI (Komunitas Pecinta Puisi Indonesia). Selain itu, ia juga sempat tampil membacakan puisi bersama dengan pegiat media sosial komunitas pecinta puisi Indonesia, Tri Raden.
Launching kedua dilakukan di pojok Benteng Wetan dengan kehadiran seniman- seniman kondang penyair, pelukis dan pantomer (pantomim) diantaranya, Yr Landung Simatupang, Toto Bukhori, Jemek Sapardi (Alm) dan Aloysius Untung Basuki serta kawan-kawan dari sanggar-sanggar bambu dan komunitas kampus Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta dan juga ia sempat tampil di RRI Pro 2 Jakarta membacakan puisi "Tolong Beri Judul Sajakku."
(Fai)
Pada saat launching pertama buku "Tolong Beri Judul Sajakku" di Taman Budaya Yogyakarta bersama dengan acara ulang tahun komunitas KOPI (Komunitas Pecinta Puisi Indonesia). Selain itu, ia juga sempat tampil membacakan puisi bersama dengan pegiat media sosial komunitas pecinta puisi Indonesia, Tri Raden.
Launching kedua dilakukan di pojok Benteng Wetan dengan kehadiran seniman- seniman kondang penyair, pelukis dan pantomer (pantomim) diantaranya, Yr Landung Simatupang, Toto Bukhori, Jemek Sapardi (Alm) dan Aloysius Untung Basuki serta kawan-kawan dari sanggar-sanggar bambu dan komunitas kampus Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta dan juga ia sempat tampil di RRI Pro 2 Jakarta membacakan puisi "Tolong Beri Judul Sajakku."
(Fai)